BERITA BARU | PEMALANG — Madrasah kini bukan hanya lembaga pendidikan berciri Islam, tetapi juga menjadi tumpuan harapan masyarakat untuk melahirkan generasi yang berakhlak mulia dan berprestasi tinggi.
Namun, di balik semangat kemajuan dan arus modernisasi, madrasah menghadapi berbagai “godaan” yang tak ringan. Godaan itu muncul dalam beragam bentuk — dari kemalasan belajar, perilaku konsumtif, hingga melemahnya semangat religius di kalangan peserta didik maupun pendidik.
Sebagian madrasah bahkan tergoda untuk sekadar mengejar label “unggul” secara akademik, namun lupa pada akar spiritual yang seharusnya menjadi napas pendidikannya.
Teknologi juga menghadirkan tantangan baru: gawai dan media sosial kerap menggeser perhatian peserta didik dari proses belajar yang bermakna.
Tidak sedikit pula guru yang merasa kesulitan menanamkan nilai disiplin dan tanggung jawab di tengah budaya instan yang kian merajalela.
Madrasah harus tangguh menghadapi semua ini. Kepala madrasah, guru, tenaga kependidikan, dan orang tua mesti bergandengan tangan menjaga marwah lembaga pendidikan Islam.
Modernisasi memang penting, tetapi jangan sampai mengikis nilai-nilai keislaman yang menjadi jati diri madrasah.
Madrasah perlu meneguhkan diri: unggul dalam prestasi, kuat dalam karakter, dan kokoh dalam iman.
Dengan strategi pembelajaran yang inovatif, penguatan spiritual, serta keteladanan guru, madrasah dapat menepis berbagai godaan zaman.
Justru di tengah derasnya arus globalisasi inilah madrasah diuji:
apakah tetap istiqamah sebagai penjaga moral bangsa, atau larut dalam gemerlap dunia yang menipu?
Madrasah harus sadar bahwa setiap kemajuan membawa cobaan.
Godaan terbesar bukanlah kemiskinan atau keterbatasan fasilitas, melainkan kehilangan arah dan idealisme.
Selama madrasah berpegang teguh pada nilai iman, ilmu, dan amal, insyaallah ia akan terus menjadi cahaya penerang bagi bangsa.
Madrasah bukan hanya tempat belajar, tetapi juga benteng moral yang menjaga nurani generasi.(Rudiono).
